Senin, 07 Juli 2014

Free at your own leisure in Sydney



‘Free at your own leisure’ in Sydney
‘Free at your own leisure’, begitu tertulis di lembar jadwal itinerary hari terakhir wisata kami di Sydney, Australia setelah 6 hari sebelumnya acara kami dipadati oleh kunjungan ke berbagai spot2 wisata di Melbourne dan Sydney.

Tentu saja acara ini dimanfaatkan oleh semua anggota rombongan kami yang berjumlah 16 orang, wisata kami kali ini juga merupakan acara reunian, kami semua alumni dari perguruan tinggi yang sama hampir 30 tahun yl ..                                                         (gak terasa ternyata kami sudah tua ya …?).  Reuni yang sungguh membahagiakan ..


Temu Kangen sambil wisata-semoga semua tetap sehat
Oke ..kembali ke itinerary hari ini ..karena acara bebas, maka terbagilah kami dalam kelompok2 kecil dengan interest yang sama ..ada yang mengejar oleh2 untuk dibawa pulang ke tanah air, ada yang shopping, ada yang belanja gadget2 baru titipan anak2 di rumah atau barang2 branded, ada yang berpetualang kuliner dll ..

Aku memilih untuk menikmati suasana kota, selain murah ..cukup menyenangkan mengamati keseharian aktifitas warga Sydey di hari kerja.  Aku dan seorang temanku memilih menggunakan bus umum gratis yang disediakan pemerintah kota Sydney.  Bus no 555 biasa disebut Free Sydney CBD, bus dengan warna hijau terang sehingga mudah dikenali,  dengan rute Central Station-Circular Quay dan kembali lagi ke central station.

Halte bus no 555 yang terdekat dari hotel kami berjarak  5 menit  berjalan kaki, halte Goulburn St yang terletak di jalan utama George St. Kami tidak perlu menunggu lama karena bus ini beroperasi setiap 10 menit dimulai jm 09.30 pagi dan berakhir jam 16-17 sore hari. Bus ini merupakan fasilitas bagi para turis karena di hampir setiap halte yang dilewati bus ini letaknya berdekatan dengan objek wisata sekitar Central Business District (CBD) kota Sydney, seperti Town Hall, Martin Place, The Queen Victoria Centre, Hyde Park, Circular Quay, Cina town dan seterusnya .. Kita bisa naik dan turun bus no 555 ini di setiap halte sepuasnya dan gratis ..tiss ..

Kami berdua turun di halte Queen Victoria Building atau biasa disebut QVB, bangunan klasik bergaya era Victoria th 1800 an ini benar2 menawarkan suasana unik. Bangunan fisik gedung 6 lantai termasuk 2 lantai di basement ini benar2 sangat terawat dan dipertahankan sesuai dengan bentuk aslinya.  Difungsikan sebagai mall bergengsi bagi kelas menengah keatas.

Memasuki pintu utama QVB, sudah bisa terlihat spanduk raksasa menawarkan produk fashion kelas  atas yang tergantung di atap bangunan berlantai 6 ini.  Toko2 dan butik dengan merk mendunia, berjejer apik, beberapa diantaranya menawarkan potongan menggiurkan, menggoda para pengunjungnya. Di bagian tengah bangunan lantai dasar  berjejer gerai berbagai macam makanan dan cafĂ©, bagi pengunjung yang hanya ingin sekedar menikmati suasana bangunan klasik ini atau melepas lelah setelah memborong .. hehehe .. bagi yang ingin meng up-date event atau potongan yang sedang ditawarkan,  bisa browsing ke   http://www.qvb.com.au 

Terus terang bagiku, harga barang2 yang ditawarkan disini, walaupun sudah dikenai potongan, tetap kurang ramah dengan dompetku.  Tapi menurutku walau kita tidak ingin berbelanja disini kita tetap bisa menikmati keunikan bangunan ini, baik interiornya maupun exteriornya .. modern dan klasik dikombinasikan serasi membentuk  ornamen2 cantik  yang menghiasi seantero bagian dalam bangunan.

Hampir seluruh bangunan QVB dipertahankan seperti bentuk aslinya tangga2 yang melingkar menghadap jendela2 berkaca patri antik untuk menangkap cahaya, lift kuno pun masih tetap dioperasikan dengan baik, pilar2 penyangga gedung dengan bentuk khas gaya Victoria, selasaran ber karpet tebal dengan motif klasik .. pemandangan yang benar2 bisa membawa kita ke abad 18 ..



Lift kuno yang masih berfungsi baik



Ada 2 jam besar yang menarik perhatianku, terletak di utara dan selatan gedung tergantung kokoh di atapnya yang berbentuk dome setinggi lebih kurang 10 meter.  Jam besar yang tergantung di bagian utara gedung dinamakan ‘The Great Australian Clock’ , jam ini menggambarkan perjalanan sejarah Australia dari sisi Aborigin dan hubungannya dengan negara Eropa lainnya.
The Great Australian Clock
 Di bagian selatan gedung juga tergantung kokoh jam besar lain yang disebut The Royal Clock, berbentuk menara dengan 4 kastil, yang setiap jam nya akan menampilkan diorama dari beberapa kejadian bersejarah kerajaan Inggris, seperti penandatanganan piagam Magna Charta, pemenggalan kepala King Charles I dll.
The Royal Clock
 QVB merupakan salah satu destinasi yang cukup populer bagi wisatawan yang berkunjung ke Sydney karena gaya arsitekturnya yang unik dan dikagumi sebagai mall paling klasik.

Setelah puas ber jalan2 mengagumi QVB, perjalanan kulanjutkan menuju kawasan the rocks dengan kembali menggunakan fasilitas gratis bus no 555, dan turun di sekitar Circular Quay, 5 menit berjalan kaki sampailah di kawasan The Rocks.

The Rocks merupakan kawasan tua yang letaknya tidak jauh dari Sydney Harbour Bridge, banyak orang bilang jika kita ingin tahu lebih banyak tentang berdirinya kota Sydney mulailah dengan menjelajah The Rocks.

Konon kabarnya kawasan The Rocks dulunya dibangun oleh tangan2 para narapidana Inggris yang dibuang ke Australia, sehingga kawasan ini adalah cikal bakal kota Sydney sekarang. Dengan menyusuri gang-gang sempit di kawasan ini, kita bisa menikmati bangunan2 tua dan membayangkan betapa kerasnya kehidupan masa itu. Walaupun jalan2 dan gang2 sempit di kawasan The Rocks kelihatannya membingungkan, tapi kita tidak perlu khawatir karena The Rocks tidak terlalu besar untuk dijelajahi.
 


Saat ini kawasan The Rocks digunakan sebagai salah satu destinasi wisata budaya dan tempat bagi warga untuk bersosialisasi. Bangunan2 tua disulap menjadi restoran, kafe atau galeri seni, dengan tetap berusaha mempertahankan bentuk bangunan aslinya.  Bagi pencinta kuliner dapat bertualang disini karena berbagai macam sajian ada disini. Begitu juga bagi yang memiliki hobby berbelanja souvenir banyak gerai souvenir disini terutama di hari minggu.

Di salah satu gang, di belakang gedung Informasi terletak museum ‘The Rocks discovery museum’, museum ini menempati rumah lama berlantai tiga dan sangat disayangkan keberadaannya kurang menonjol sehingga terkadang bisa terlewatkan oleh para wisatawan.

Memasuki museum ini, kita akan disambut oleh staf yang ramah di front desk, yang memberikan brosur tentang museum. Dinding museum tidak dicat sempurna dan tangga2 yang terbuat dari kayu mengantar kita dari satu lantai ke lantai berikutnya. Banyak barang2 dan benda2 kuno yang dulu digunakan se hari2 oleh masyarakat pendatang ketika mereka baru menginjakkan kaki di Sydney. Ada beberapa lukisan yang terpampang di dinding yang memberi informasi mengenai sejarah perkembangan kota Sidney. Menurutku informasi yang disajikan oleh museum ini cukup lengkap dan mereka sudah berusaha merekam perjalanan sejarah kota Sydney dengan cukup sempurna paling tidak itu pendapatku yang sangat awam dengan persoalan2 yang menyangkut sejarah ...

Terus terang aku sungguh kagum pada kesungguhan pemerintah kota untuk mempertahankan The Rocks sebagai tempat bersejarah demi mempertahankan nilai2 budaya kota dimana kelak generasi mudanya dapat mengenali jejak perjalanan perkembangan kotanya.  Padahal lokasi The Rocks sungguh komersil bila dibangun mall, hotel atau apartemen.

Mudah2an kita bangsa Indonesia dapat belajar dari pemerinta kota Sydney untuk menghormati budaya dan sejarah perkembangan kotanya yang harganya sungguh sangat tak ternilai dengan uang ..
 

sampai ketemu di posting yang lain