Selasa, 31 Desember 2013

Gong Perdamaian Dunia (GPD)



GONG Perdamaian Dunia ( GPD ) Di Bali

Salah satu destinasi acara  jalan-jalan rombongan kami ke Bali adalah mengunjungi Desa Budaya Kertalangu dan Gong Perdamaian Dunia.  Terus terang aku belum pernah dengar apa itu Gong Perdamaian Dunia, misi dan visinya,  program serta bentuk kegiatannya.  Tapi okelaah .. berhubung ikut rombongan alumni kampusku, yaaah …aku ngikut aja ..sekalian pengen tambah2 sedikit pengetahuan buat bahan cerita ..

Gong Perdamaiam Dunia (GPD) di Bali terletak di Jl by pass Ngurah Rai, Kesiman, Kertalangu Denpasar Bali, merupakan bagian dari desa Budaya sehingga terletak di dalam satu area menempati tanah seluas   86are atau sekitar 8600 m2. Selain GPD, di taman budaya ini juga ada gedung pertemuan terbuka  lengkap dengan panggung untuk pementasan, ada restoran, Galeri seni yang menyimpan beberapa koleksi lukisan serta patung2 hasil pahatan yang dipajang apik di dalamnya.  Selain itu ada area permainan untuk anak-anak juga dilengkapi sarana outbound dan jogging track mengitari desa.


 GPD terletak agak terpisah dengan arena pendukung tadi, berdiri tegak  dan anggun di lapangan terbuka. Menurut pemandu kami, GPD di Kertalangu, Denpasar merupakan Gong terbesar di dunia memiliki diameter 5 meter. Dan terbuat dari 5 unsur logam, emas, perak, perunggu, besi dan timah, di kalangan komunitas Hindu dikenal dengan Panca Datu dan juga Pancasila merupakan dasar negara Indonesia . Selain itu kelima unsur  logam ini juga melambangkan lima benua. 


Diharapkan Gong perdamaian Dunia ini menjadi simbol perekat bagi perdamaian umat manusia di seluruh dunia tanpa di batasi sekat2 agama, ras, bangsa, budaya serta perbedaan2 lainnya.

Permukaan Gong, bagian lingkaran terluar dipenuhi dengan gambar bendera tiap negara pendukung yang berjumlah 202 bendera dari 202 negara. Di lingkaran bagian dalamnya terdapat 10 simbol agama besar yang dianut mayoritas penduduk Dunia.  Dan di bagian tengah dari Gong terdapat miniatur bumi, di bagian bawah gong bertuliskan ‘Gong Perdamaian Dunia’, sedang bagian atas lingkarannya bertuliskan ‘World Peace Gong’.

 



Gong Perdamaian Dunia mulai di sosialisasikan secara Internasional pasca musibah  ‘Bom Bali -1’ akhir tahun 2002, setelah memakan waktu 3 bulan pembuatannya maka akhirnya ditabuh pertama kali oleh Presiden RI saat itu, Ibu Megawati pada tanggal 31 Desember 2002, tepat pukul 00.00 WITA di Bali dihadapan seluruh tokoh bangsa serta mencanangkan ‘Tahun 2003 sebagai Tahun Perdamaian Indonesia’  dan pada tanggal 27 Desember 2011, Bali diresmikan sebagai Pulau perdamaian, ‘Bali the island of Peace’.

Nampang sejenak di depan galeri Seni - desa Budaya Kertalangu




Selain di Bali, sampai saat ini di Indonesia  ada 4 Gong Perdamaian lain yang diletakkan dibeberapa daerah  di Ambon, Ciamis, Yogyakarta dan Kupang.

Bertepatan dengan Hari Perdamaian Internasional, tanggal 21 September ..wah aku juga baru tahu ada Hari Perdamaian Internasional, kayanya juga belum banyak yang tau ya.... dan waktu itu di Bali sedang diadakan Pemilihan Miss World 2013, maka kesempatan ini digunakan untuk kampanye perdamaian berskala internasional.  Para kontestan Miss World berkumpul di Desa Budaya Taman Kertalangu merayakan Hari Perdamaian Internasional.  Miss World 2012 dan perwakilan dari Indonesia menabuh Gong Perdamaian Dunia.  Diikuti foto bersama 

Melepas Merpati, lambang perdamaian

Yaaaah ..semoga gaung Perdamaian dapat bergema di seluruh pelosok bumi ditengah konflik kepentingan ekonomi, politik, rebutan sumber energi serta  tarik menarik kepentingan antar negara yang semakin pelik ..

Walaaah koq jadi serius ..daripada tulisannya ngelantur kemana-mana, aku sudahin aja sampai disini dulu tulisan singkatku  tentang ‘Gong Perdamaian Dunia ‘ ..
 











 
 

Minggu, 29 Desember 2013

Wisata Apung, Kampoeng Rawa



Wisata Apung, Kampoeng Rawa
Kampoeng Rawa, terletak ditepian danau Rawa Pening, atau di tepi jalan lingkar  Ambarawa, tepatnya di , Jl. Lingkar Selatan km.03 Ambarawa, Kabupaten Semarang, kalau dari kota Magelang, sebelum pertigaan Bawen     (terminal Bawen) arah Semarang, belok ke kanan, terletak di jalan tembus yang baru, gak susah koq nyarinya ..

Jalan menuju gerbang masuk maupun jalan menuju kawasan Kampoeng Rawa, kondisinya sudah lebar dan bagus. Di dalam kawasan ini tersedia berbagai fasilitas yang boleh dikatakan lengkap untuk mengisi liburan bersama keluarga. Mulai dari pemancingan, wahana permainan anak2, mushola, tempat parkir yang luas, Wifi dan tentu saja tak ketinggalan fasilitas rumah makannya. 
Sajian utama kawasan ini adalah pemandangannya yang memanjakan mata, di kejauhan terlihat gunung Ungaran, hamparan sawah  dan danau Rawa Pening yang dipenuhi tanaman enceng gondok yang bisa kita nikmati dengan leluasa.

Gerbang masuk menuju kawasan wisata Kampoeng Rawa

Awalnya  aku mengira bahwa kawasan ini milik salah satu group konglomerat yang sedang melebarkan sayapnya di daerah Ambarawa, namun setelah cari-cari informasi dan bertanya-tanya pada penjaga serta pegawai yang ada disana, ternyata kawasan ini diusahakan dan dikelola oleh 12  kelompok tani dan nelayan di Desa Bejalen dan Kelurahan Tambakboyo, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Mereka bersatu dan membentuk Paguyuban Kampoeng Rawa dan secara resmi, kawasan ini dibuka sejak  tanggal 4 Agustus 2012.  Tujuannya tak lain untuk memberdayakan petani nelayan serta melestarikan alam Rawa Pening. 
 
Ada juga tempat pemancingan, dimana kita bisa memancing ikan yang berasal dari Rawa Pening namun ikan2 tsb sudah dipindahkan lebih dulu ke kolam pemancingan.  Di sekitar kolam Pemancingan disediakan saung2 dan tempat lesehan yang bisa digunakan untuk menunggu pancingan atau untuk bersantai  sambil menunggu ikan hasil pancingan dimasak.
 Tempat lesehan dan Pemancingan
 Yang menarik, di salah satu sudut kawasan ini dibangun dermaga kecil buatan yang menyediakan perahu2 kecil yang dapat disewa untuk menikmati dan menyusuri danau Rawa Pening.  Dari kawasan ini menuju danau Rawa Pening dihubungkan oleh kanal kecil buatan. Setiap perahu  paling banyak dapat dinaiki oleh 7 penumpang ditambah 1, tukang perahunya. Setiap orang dikenai biaya Rp 10.000,- dan perahu berangkat setelah 7 penumpang terpenuhi, atau bila tidak ingin menunggu penumpang lain, kita bisa menyewanya dengan membayar untuk 7 orang.  Setiap penumpang akan diwajibkan memakai live-vest atau pelampung pengaman mengikuti standard keamanan yang sudah disediakan.

 
 Gerbang Dermaga

Tiga keponakanku bergaya di gerbang dermaga

 Kanal kecil buatan yang menuju danau Rawa Pening
Rasanya kami tidak sabar untuk menjajal naik perahu dan menyusuri kanal menuju danau Rawa Pening, tapi apa boleh buat niat itu terpaksa kami tunda dulu.  Sesuai kesepakatan, dan juga karena waktu kami tiba di kawasan ini sudah waktunya makan siang, maka kami akan makan siang dulu sebelum menikmati sensasi naik perahu mengarungi danau dengan hamparan enceng gondok.

Kamipun menuju Rumah Makan Apung, bentuk bangunannya unik beratap joglo, dinamakan rumah makan apung karena didesain terapung diatas air, ditopang oleh drum2 plastik biru. Untuk masuk ke rumah makan ini kita harus menaiki rakit yang ditarik menyeberangi danau buatan.

 Unik, karena terapung ditopang drum2 plastik berwarna biru


 Menaiki rakit yang ditarik menuju rumah makan


Menu makanan yang ditawarkan rumah makan ini tentunya didominasi masakan ikan,  baik yang dibakar atau digoreng, berupa udang, ikan gurame, ikan nila, atau lele. Ikan2 yang disajikan merupakan hasil panen dari keramba nelayan yang dipasang di danau Rawa Pening.
Berfoto dulu sambil nunggu sisa pesanan yang belum datang
Menurutku untuk rasa makanannya standard aja, untuk harga ..ya relative lah..gak murah tapi masih terjangkau. Paling tidak menyantap makanan denga rasa standard ini bisa sedikit terobati karena menikmatinya dalam suasana nyaman, ditengah hamparan sawah, perbukitan indah yang mengelilingi Rawa Pening dan ditemani semilir angin..



Untuk tempat makannya, kita bisa memilih, mau duduk di kursi atau lesehan di saung2 yang terapung berjejer ..Kami memilih saung ..untuk mencoba sensasi yang berbeda makan diatas air di tengah udara terbuka ..
 


Ditengah menikmati santap siang, tiba2 hujan turun deras, dengan tiupan angin yang lumayan kencang, untungnya perut kami sudah terisi, jadi terbebaslah kami dari masuk angin.
 
Ketika hujan berangsur menjadi rintik2, haripun menjelang sore …dengan berat hati, acara berperahu terpaksa kami batalkan … nyesel ..? gak juga tuh..pengalaman dan suasana yg sudah kami nikmati hari ini sudah sangat menyenangkan dan membuat hati nyaman hahaha (lebay dot com) ..

Mudah2an kapan2 kami bisa kembali  lagi ke kawasan wisata kampoeng rawa untuk melengkapi pengalaman yang belum sempat kami alami, berperahu di danau yang penuh hamparan enceng gondok …pasti akan menjadi pengalaman yang menarik.