Menyusuri
Sudut kota kecil Zutphen
Zutphen,
terletak sekitar 100km di sebelah timur Amsterdam atau sekitar 90 menit dari stasion
central Amsterdam dengan kereta api.
Zutphen kota kecil yang cantik dan sangat nyaman untuk dihuni. Jumlah
populasi penduduk kota kecil ini sekitar 48.000jiwa, bisa kebayang ‘kan betapa
tenangnya … ketinggian rata2 kota zutphen sekitar 15m dpl, cukup tinggi untuk
ukuran sebuah kota di Belanda yang sebagian besar wilayahnya ada di bawah muka
laut, bahkan di beberapa kota sampai 6-7meter dibawah muka laut…
Sayang
sekali kami hanya punya waktu setengah hari untuk menikmatinya karena harus
mengejar pesawat malam ke Schipol, Amsterdam. Tentu saja waktu yang singkat ini
sangat berharga dan tidak mau kami sia2kan. Biarpun singkat, tapi sangat berkesan.
Menyusuri
Zutphen, paling nyaman dengan bersepeda atau berjalan kaki, karena pejalan kaki
dan pesepeda sangat dimanjakan oleh pemerintah kota Zutphen, Jalur2 pejalan
kaki dan pesepeda sangat nyaman. Tidak heran jika Belanda dijuluki sebagai
ibukota sepeda di Eropa, karena hampir 60% perjalanan keseharian penduduknya
menggunakan sepeda. Bukan hanya jalur2 jalannya yang nyaman dan aman, tapi
tempat parkirnyapun disediakan gratis dan aman.
Dari anak2 sampai kakek-nenek, bahkan para eksekutif berjas dan
berdandan rapipun mengayuh sepeda.
cek ban dan tambah angin .. |
siap berangkat menjelajah sudut kota |
Pertama
kali kami singgah di reruntuhan Berkelpoort, salah satu dari dua pintu air yang
dilalui aliran sungai kecil Berkel. Dulunya
kedua pintu air ini merupakan bagian dari dinding kota yang membentengi
Zutphen jika terjadi perselisihan antar kota. Tapi kini dinding kota dan salah
satu pintu air yang tadinya terletak di sebelah timur kota sudah dirobohkan. Menyisakan satu pintu air Berkelpoort ini
yang dibangun pada abad 14.
Penyusuran
kami lanjutkan dengan berjalan kaki menuju suatu kompleks perumahan ‘Oude Bornhof’ yang dibangun pemerintah
kota tahun 1851 diperuntukkan khusus bagi warga yang tidak memiliki tempat
tinggal dan para lanjut usia.
Pembangunan
ini konon bermula dari meninggalnya seorang pendeta di tahun 1320, yang
mewariskan satu rumahnya bagi para lansia dan warga miskin untuk tinggal dan
melakukan kegiatan ibadah. Kemudian pemerintah kota mengembangkannya menjadi
kompleks perumahan dengan peruntukan yang sama, menjamin kehidupan dan
kesejahteraan warganya yang tidak memiliki tempat tinggal. Namun saat ini ada beberapa unit diantaranya
yang bisa disewakan sebagai apartemen.
Setengah
hari memang tidak mungkin cukup untuk menjelajah kota cantik ini, namun kesan
yang kudapat dari penyusuran singkat ini, adalah betapa pemerintah Belanda dengan
segala keterbatasan kondisi alamnya, bekerja keras untuk negerinya dan sungguh sangat
memperhatikan warganya dengan memberikan fasilitas umum yang menjadi kebutuhan
dasar hidup, seperti perumahan, transportasi yang nyaman, jalur2 khusus bagi
pejalan kaki dan pengendara sepeda yang aman, dan tentunya bebas polusi, untuk
menjaga kwalitas udaranya.
Walaupun penghasilan
setiap warga Belanda dikenakan pajak yang tinggi, namun uang pajak itu
dikembalikan sepenuhnya bagi kesejahteraan dan kenyamanan warganegaranya ..juga
digunakan untuk terus merawat dan menjaga peninggalan sejarah serta warisan
budayanya ..
Suasana
kota Zutphen, aman bagi pejalan kaki dan bisa kita lihat sepeda ada di mana2..
Kondisinya
menjadi sangat ironis, bila dibandingkan negeriku, kalau pemerintah Belanda
bekerja sangat keras dalam menyiasati keterbatasan alamnya, maka di negeriku
Pemerintahnya justru kewalahan mengelola kekayaan alam yang sangat berlimpah serta keindahan alam
yang dianugerahi oleh Yang Maha Kuasa..
Let’s pray
for Indonesia ..
sampai ketemu di postinganku yang lain .. |